Minggu, 23 April 2017

Sejarah Pergerakan Wanita Indonesia

Sejarah Pergerakan Wanita Indonesia - Pada masa perjuangan perempuan sudah tidak asing lagi ditelingan kita nama-nama pejuang-pejuang perempuan seperti Raden Ayu Ageng Serang, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan yang kita juga sangat mengenalnya dengan memperjuangkan emansipasi dalam arti pembebasan diri melawan adat, kekolotan dan keterbelakangan, beliau ialah Raden Ajeng Kartini.
Sejarah Pergerakan Wanita Indonesia
Sejarah Kartini

RA. Kartini adalah Pelopor Pergerakan kaum wanita. R.A. Kartini telah menjadi sejarah dalam keikutsertaan kaum hawa diberbagai bidang kehidupan,baik non pemerintahan dan pemerintahan, R.A. Kartini sangat diharumkan namanya terlihat dari tanggal lahirnya yang selalu diperangati oleh berbagai kalangan bukan hanya kaum hawa tetapi kaum adam pun ikut serta dalam memperingati hari pergerakan kaum wanita atau hari R.A.Karitini atau Hari ibu, R.A. Kartini merupakan beberapa kaum atau salah satu kaum hawa yang sangat memperjuangkan hak-hak perempuan atau kaum hawa untuk ikut serta dalam berbagai bidang kehidupan dan karna R.A.Kartini berbagai kaum hawa dapat kerja diberbagai bidang kehidupan, dan Setiap 21 April diperangati Hari ibu untuk mengenang dan memperingati Pergerakan Kaum Wanita dan Perjuangan R.A. Karitini sebagai pelopor Para Pergerakan kaum wanita.

Rounded Rectangle: Pergerakan kaum wanita pada umumnya bersifat sosial, dengan tujuan:  • Keluar: berusaha memperoleh persamaan hak setaraf dengan kaum pria, agar supaya tidak diperlakukan sewenang-wenang. • Ke dalam : berusaha meningkat/sempurnakan kemampuan dan kecerdasan kaum wanita sendiri sebagal ibu dan pemeg ang kendali rumah-tangga.   

            Selain Kartini, Dewi Sartika juga menjadi pelopor gerakan wanita di Jawa Barat. Ia mendirikan sekolah Keutamaan Isteri untuk kaum wanita di Jawa Barat. Pelopor gerakan wanita dari Minahasa adalah Maria Walanda Maramis yang belajar bahasa Belanda dari suaminya, Yosef Walanda. Berkat pengetahuannya, ia sadar akan nasib kaum wanita Minahasa yang jauh tertinggal. Maka pada tahun 1927, ia berjuang dan berhasil mendirikan organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya).
Pada masa-masa berikutnya, kesadaran wanita Indonesia untuk hidup lebih baik makin terbuka lebar. Hal ini ditandai dengan keberadaan organisasi-organisasi wanita yang semakin banyak berdiri. Organisasi wanita yang muncul misalnya:
1.    Perkumpulan Kartinifonds di Semarang,
2.    Putri Merdika di Jakarta,
3.    Wanita Rukun Santoso di Malang,
4.    Maju Kemuliaan di Bandung,
5.    Budi Wanito di Solo,
6.    Kerajinan Amai Setia di Kota Gadang, Sumatera Barat,
7.    Serikat Kaum Ibu Sumatera di Bukit Tinggi,
8.    Gorontalosche Mohammedaansche Vrouwenvereniging di Sulawesia Utara,
9.    Ina Tuni di Ambon, dan lain-lain.
Selain itu, terdapat juga organisasi wanita yang merupakan bagian dari induk organisasi yang lebih besar. Organisasi wanita tersebut antara lain:
1.    Aisiyah (Wanita Muhammadiyah),
2.    Puteri Indonesia (Wanita dari Pemuda Indonesia),
3.    Wanita Taman Siswa.
Organisasi wanita yang bergerak di bidang politik antara lain Isteri Sedar yang didirikan di Bandung oleh Suwarni Jayaseputra. Organisasi ini bertujuan untuk mencapai Indonesia merdeka. Sedangkan organisasi Isteri Indonesia pimpinan Maria Ulfah dan Ibu Sunaryo Mangunpuspito bertujuan untuk mencapai Indonesia Raya.
Organisasi-organisasi tersebut mengadakan Kongres Persatuan Wanita Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 22 sampai 25 Desember 1928. Hari pembukaan kongres tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Dalam kongres tersebut dibentuk juga PPII (Perserikatan Perhimpunan Isteri Indonesia) sebagai kumpulan organisasi wanita. Itulah sejarah perkembangan organisasi wanita di Indonesia sehingga turut membantu tercapainya Indonesia merdeka seperti sekarang ini.

Perempuan Dan Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu sikap mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan dengan visi dan misi yang kuat. Jika berbicara tentang kepemimpinan pasti dipikiran masyarakat umumnya identik dengan kaum adam atau pria padahal jika kita menelaah perempuan juga mempunyai jiwa kepemimpinan, yang tidak jauh berbeda keahliannya dalam memberi arahan, dalam berorasi maupun beretorika atau bahkan memberi gagasan.

Menurut J.I. Brown dalam “Psychology and the Social Order”, disebutkan bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan kelompok, tetapi dapat dipandang sebagai suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi di bidangnya. Karakter seorang pemimpin mampu mengubah, mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dalam mencapai satu tujuan yang memiliki visi dan misi yang kuat.

Ungkapan tersebut tentu saja dapat diartikan bahwa peranan wanita dalam kepemimpinan sebenarnya bukanlah suatu hal yang aneh. Dalam hal kesetaraan gender dapat diartikan bahwa, dengan adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.

Pada dasarnya semua orang dapat menjadi pemimpin(leadership), Wanita tidak semuanya lemah ia ibarat sebuah banguan yang kokoh dan merupakan fondasi yang berstruktur kuat. Hal ini dapat dilihat dari perannya pada kehidupan bermasyarakat, dalam konsumen pembangunan bukan hanya sebagai proses pembangunannya saja, sungguh menyedihkan apabila kita melihat dari sudut pandang yang berlainan bahkan sudah banyak kenyataannya peran seorang perempuan tradisional dianggap sebagai “cadangan” contohnya umur belia sudah diharuskan menikah tanpa mengenyam pendidikan wajib,umumnya masyarakat yang masih paguyuban(pedesaan).

Namun semakin berkembangnya zaman yang diawali dengan sosok seorang perempuan yang berjuang khususnya dalam peregerakan emansipasi wanita yaitu R.A Kartini dampaknya sekarang telah banyak dirasakan. Keberadaan wanita kini mulai dihargai dan disetarakan walaupun masih banyak pro dan kontranya.

Contoh wanita yang berhasil membuktikan perempuan dapat menjadi salah satu pemimpin dalam sejarah Indonesia yaitu Megawati Soekarno Putri, ini merupakan bukti nyata wanita dapat menjadi seorang pemimpin yaitu sebagai Kepala Negara. .

Dengan terciptanya peran wanita dalam berkesempatan memegang peranan sebagai kepemimpinan dapat membawa dampak yang positif yaitu permasalahan kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya perbedaan (diskriminasi) antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian peempuan dan laki-laki memiliki peluang atau akses yang sama dalam kepemimpinan. Hal itu ditandai dengan perempuan yang mampu memberikan suara, berpatisipasi dalam pembangunan negara yang lebih baik. Tentu hal ini merupakan kebijakan tersendiri yang memiliki manfaat persamaan serta adil dari pembangunan. Hal ini harus selalu dibuktikan bahwa wanita dapat semakin maju dalam kemimpinan.

Lima Rahasia Pemimpin Wanita
Sharon Hadary dan Laura Henderson, penulis buku How Women Lead : The Essential Strategis Successful Women Know, mengatakan kepemimpinan seorang wanita cenderung memberikan hasil sesuai harapan. Hasil itu termasuk peluang yang lebih baik pada profitabilitas usaha dan penciptaan banyak bisnis yang berbasis kreatif dan inovatif.

Dalam bukunya tersebut, keduanya menyampaikan hasil penelitian mereka selama dua dekade bahwa pemimpin wanita dalam bisnis jutaan dolar mampu mengkombinasikan kepemimpinan feminim yang unik dengan ketajaman berbisnis demi mencapaian tertinggi. Hadary dan Henderson juga memberikan rahasia bagaimana para pemimpin wanita bisa memaksimalkan kekuatan. Rahasianya adalah sebagai berikut:

1. Raih dan miliki takdir Anda.
Penelitian terbaru yang dilakukan Hadary dan Henderson mengungkap satu fakta baru, di mana wanita yang meraih kesuksesan adalah mereka yang telah mendefinisikan kesuksesan dengan cara mereka sendiri. Mereka mengintegrasikan pencapaian yang diraih dengan menciptakan bisnis yang mencerminkan gairah mereka. Bisnis yang mereka jalankan menyediakan produk dan jasa yang bertanggung jawab secara sosial, menawarkan kesempatan bagi karyawannya untuk berkembang, membawa aura positif bagi lingkungan dan sekaligus menghasilkan banyak profit. Pengusaha sukses menetapkan tujuan yang tinggi. Dan ketika mencapai, mereka langsung menetapkan tujuan dengan tingkat yang lebih tinggi lagi. “Perempuan harus memikirkan bisnis mereka sebagai bisnis satu juta dolar dari hari pertama,”ujar Henderson. “Hal ini mendorong bagaimana mereka menyusun struktur bisnis, keputusan yang akan dibuat serta cara menampilkan diri sendiri dan bisnisnya.”


2. Memimpin layaknya seperti seorang wanita.
Wanita yang sangat sukses, membangun kekuatan kepemimpinannya dari kolaborasi, inklusi dan konsultasi. Mampu menciptakan perusahaan di mana semua ide dan wawasan setiap orang didengar dan dipertimbangkan dalam membuat keputusan. Selain itu semua orang didalamnya merasa dihargai dan bersama berkomitmen mencapai tujuan. Kepemimpinan wanita memiliki gaya khusus yang mungkin tidak dijumpai pada kaum Adam. Wanita berpikir lebih holistik. Itu berarti, ketika wanita melihat situasi, mereka memiliki kecenderungan melampaui fakta-fakta yang spesifik berikut data dan pertimbangan organisasi. Sebagai hasilnya, mereka mengidentifikasikan peluang, resiko, kesenjangan yang kerap terlupa dan memperkuat daya saing.

3. Disiplin menyusun strategi dan keputusan.
Banyak pemimpin wanita yang kemudian rusak kredibilitasnya sebagai pengusaha dengan membuka diskusi dan pernyataan tentang kurangnya ketajaman bisnis. Hadary dan Henderson mengatakan para pengusaha dan pemimpin wanita yang sukses selalu mendapat laporan keuangan secara berkala dan mengindetifikasi kunci metriknya yaitu memberikan wawasan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyusun strategi dan pengambilan keputusan

4. Perlunya membentuk dan membangun tim yang solid.
Dengan memperkerjakan yang terbaik sejak awal, para wanita hebat ini merupakan seorang yang mampu bekerja secara efektif dalam situasi bergerak cepat. Mereka umumnya memiliki berkomitmen yang tinggi, rasa ingin tahu, berpikir kritis, berani mengambil resiko, rasa hormat dan toleransi. Para wanita inipun memerlukan dan membentuk tim dengan memperkerjakan anggota yang memiliki kategori atau setidaknya sama dengannya untuk menghasilkan sebuat tim yang dapat mengidentifikasi dan menghasilkan solusi disetiap masalah. Dengan membentuk dan membangun tim yang solid ini akan mampu menghadapi tantangan yang selalu berkembang. 

5.Merayakan Keberhasilan.
Wanita yang memiliki sifat khas untuk selalu bersyukur dan merayakan keberhasilan. Karena itu tak ada yang salah untuk merayakan apa yang telah diraih. Misalnya dengan me time menikmati liburan yang ketika menempuh perjalanan ini akan mendapatkan ide-ide  

Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin biologis. Gender adalah  perbedaan konsep tentang kepatutan bagi perempuan dan laki-laki dalam segala hal yang lebih banyak dipengaruhi adat, tradisi, dan lingkungan tempat tinggal.

Gender berupa seperangkat peran yang seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminim atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama memoles peran gernder kita, (Julia Cleves Mosse,(1996:3).

Konten gender juga dapat dipelajari pada tahap produksi karena sebagian besar pilihan dan produksi media dilakukan pria. Dalam hal ini, perhatian juga harus diberikan kepada ‘berita’ yang sejak lama melanggengkan peranan pria, dan bentuk konten dominan (politik, ekonomi, olahraga) berorientasi pada khalayak pria. 

Feminisme seperti yang telah disepakati adalah tindakan atau ideologi yang membela kesetaraan laki-laki dan perempuan. Feminisme sebagai sebuah aktivitas intelektual maupun sebuah strategi politik memiliki riwayat yang panjang (Spender:1983 ). 

Kaum perempuan telah lama memperjuangakan untuk membebaskan diri dari ketidakadilan. Feminisme merupakan fokus pada sosial wanita dan keinginan untuk menghentikan tindakan/tekanan berdasarkan gender. 

Gerakan Feminisme
Sejarah feminisme
Lahirnya gerakan Feminisme yang dipelopori oleh kaum perempuan terbagi menjadi dua gelombang dan pada masing-masing gelombang memiliki perkembangan yang sangat pesat. Diawali dengan kelahiran era pencerahan yang terjadi di Eropa dimana Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condoracet sebagai pelopornya. Menjelang abad 19 gerakan feminisme ini lahir di Negara-negara penjajahan Eropa dan memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood

ALIRAN
a.    Feminisme liberal
Apa yang disebut sebagai Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia -demikian menurut mereka- punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakngan pada perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki.
b.    Feminisme radikal
Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang "radikal".
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik. "The personal is political" menjadi gagasan anyar yang mampu menjangkau permasalahan prempuan sampai ranah privat, masalah yang dianggap paling tabu untuk diangkat ke permukaan. Informasi atau pandangan buruk (black propaganda) banyak ditujukan kepada feminis radikal. Padahal, karena pengalamannya membongkar persoalan-persoalan privat inilah Indonesia saat ini memiliki Undang Undang RI no. 23 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).
c.    Feminisme post modern
Ide Posmo - menurut anggapan mereka - ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial.
d.    Feminisme anarkis
Feminisme Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan.
e.    Feminisme Marxis
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi. Teori Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan aliran ini—status perempuan jatuh karena adanya konsep kekayaaan pribadi (private property). Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk exchange dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property. Sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalam masyarakat—borjuis dan proletar. Jika kapitalisme tumbang maka struktur masyarakat dapat diperbaiki dan penindasan terhadap perempuan dihapus.
f.       Feminisme sosialis
Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Feminisme sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan. Lembaga perkawinan yang melegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan seperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan gender.
g.    Feminisme postkolonial
Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat. Beverley Lindsay dalam bukunya Comparative Perspectives on Third World Women: The Impact of Race, Sex, and Class menyatakan, “hubungan ketergantungan yang didasarkan atas ras, jenis kelamin, dan kelas sedang dikekalkan oleh institusi-institusi ekonomi, sosial, dan pendidikan.”
h.    Feminisme Nordic
Kaum Feminis Nordic dalam menganalisis sebuah negara sangat berbeda dengan pandangan Feminis Marxis maupun Radikal.Nordic yang lebih menganalisis Feminisme bernegara atau politik dari praktek-praktek yeng bersifat mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan “harus berteman dengan negara” karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara.[4]

Pembangunan Mindset Perempuan Di Lingkup Teknik
Pikiran kita adalah segalanya. Lingkungan kampus membentuk pola pikir (mindset), suasana hati, sikap dan kebiasaan kita. Itulah sebabnya mengapa ketika kita akan memulai memimpin perubahan, keberhasilannya akan secara langsung tergantung pada perubahan mindset masing-masing anggota tim kita. Boleh jadi seorang pemimpin menghabiskan milyaran rupiah dan ribuan jam untuk melakukan reorganisasi dengan teknologi terbaru dan terbesar, namun jika orang-orang didalamnya tidak mengubah pola pikir dan kebiasaan mereka, hasilnya akan mudah kita tebak? Tentu saja dengan moral kerja yang rendah, pengorbanan uang dan waktu menjadi sia-sia belaka. Dengan demikian, keterampilan yang paling besar dibutuhkan pada saat ini oleh semua pemimpin dan tim kerja, adalah kemampuan untuk mengubah dan mengelola mindset. Adapun hal pertamakali yang perlu dipahami adalah bagaimana   pola pikir kita terbentuk.
Pemimpin Ideal Berdasar 4 Kriteria Utama, berikut ini:
1.  Benar dan Memiliki KesungguhanBenar dalam artian selalu berperilaku dan bekerja di track yang berlandaskan kebenaran, serta selalu memiliki kesungguhan dalam bersikap. Tak jarang beberapa di antara kita memilih pemimpin berdasarkan kesuksesan yang diraihnya, atau bahkan karena banyaknya harta calon pilihan, akan tetapi bagaimana si calon tersebut mendapatkan kesuksesan dan kekayaan sama sekali tak diperhitungkan. Bisa jadi semua kesuksesan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal. Oleh sebab itu dengan selalu berjalan di atas jalan kebenaran dan memiliki kesungguhan dalam mewujudkan kebenaran tersebut, dapat di jadikan salah satu kriteria utama dalam mencari pemimpin yang tepat.
  1. Dapat Dipercaya. Orang yang dipilih ketahuan korupsi? menggunakan wewenang untuk memperkaya diri sendiri atau kerabatnya? kejadian ini kerap kita jumpai dalam sosok pemimpin gagal di Indonesia, oleh sebab itu memilih orang yang bertanggung jawab penuh dengan tugasnya, dan tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan, tentunya menjadi syarat utama yang harus ada dalam diri seorang calon pemimpin.
  2. Cerdas. Kriteria utama lainnya yang wajib dimiliki oleh sosok pemimpin adalah, mempunyai kecerdasan. Bukan hanya sekedar cerdas (pintar) dalam hal akademik, namun juga cerdas dalam mengambil keputusan, dapat mencari jalan keluar dari masalah yang dijumpai dengan kemampuan menganalisa dan memecahkan masalah akan menjadi landasan untuk memilih pemimpin yang ideal.
  3. Jujur Dan Bertanggung Jawab. Siapa sih yang mau dipimpin dengan orang yang suka PHP (Pemberi Harapan Palsu), atau sering mengingkari ucapan dan janjinya. Pastinya kejujuran dan mampu bertanggung jawab dengan apa yang diucapkan (dijanjikan), adalah syarat mutlak yang harus melekat dalam diri seorang pemimpin.
Dengan 4 kriteria di atas, diharapkan agar kita tak lagi salah dalam memilih calon pemimpin, dan juga bisa menjadi panduan untuk menetapkan seseorang yang pantas dijadikan pemimpin. Selain kriteria utama tersebut, terdapat pula panduan wajib untuk memilih pemimpin, yang disebutkan dalam hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diriwayatkan oleh Bukhari (6015) :
 "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.
Ada seorang sahabat bertanya     : bagaimana maksud amanat disia-siakan?
Nabi menjawab  :Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, makatunggulah kehancuran itu" 

Demikian materi Sejarah Pergerakan Wanita Indonesia yang smpat kami berikan, jangan lupa juga untuk membaca materi tentang Sejarah Awal Mula Berdirinya Candi Borobudur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar